Sabtu, 15 Januari 2011

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.  Pengertian dan Sejarah Penelitian Tindakan Kelas
1.  Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
     PTK atau disebut Penelitian Tindakan Kelas merupakan istilah yang dibentuk oleh tiga kata yaitu, Penelitian, Tindakan dan Kelas.  Oleh karena itu ada tiga kata yang membentuk istilah PTK, maka ada tiga pengertian yang dapat dijelaskan dari tiga kata tersebut, yaitu:
a.  Peneltian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan metodologi tertentu untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menjadi minat peneliti.
b.  Tindakan adalah kegiatan yang disengaja dengan tujuan tertentu dalam bentuk rangkaian atau siklus.
c.  Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama dan mendapat pelajaran yang sama dari seorang guru.
     Dengan menggabungkan batasan pengertian dari ketiga kata tersebut diperoleh pengertian tentang PTK yaitu kegiatan mencermati objek dengan tindakan yang terjadi di dalam kelas.
2.  Sejarah Penelitian Tindakan Kelas
     Penelitian Tindakan Kelas atau PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.  Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti: Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Eliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.  Di Indonesia PTK baru dikenal pada akhir dekade 80-an, pada tahun 1994-1995 proyek PGSD memprogramkan penelitian kebijakan dan penelitian tindakan dengan topik ke SD an.  Berikutnya pada tahun 1996 - 1997 proyek pendidikan guru sekolah dasar memprogramkan Penelitian Tindakan Kelas bagi dosen-dosen PGSD di seluruh Indonesia yang harus bekerja sama dengan guru-guru sekolah dasar.  Saat ini Peneltian Tindakan Kelas mendapat tempat yang dalam dunia pendidikan di Indonesia.

B.  Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
1.  Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
     Penelitian Tindakan Kelas bertujuan "untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajran di kelas secara berkesinambungan".  Tujuan ini "melekat" pada diri guru dalam penunaian misi profesional kependidikan.
2.  Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
     a.  Inovasi pembelajaran
     b.  Pengembangan kurikulum di tingkatkan satuan pendidikan
     c.  Peningkatan profesionalisme guru

C.  Perbedaan antara Penelitian Formal dan PTK
      Penelitian formal menguji hipotesis dan mengembangkan teori, sedangkan PTK lebih pada memperbaiki pembelajaran.  Adapun perbedaan penelitian formal dan PTK dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Perbedaan antara penelitian formal dengan PTK:
     Penelitian formal:                                                            
     a.  Dilakukan oleh orang lain                                            
     b.  Sampel harus representative                                      
     c.  Menuntu penggunaan analisis statistik                          
     d.  Mempersyaratkan hipotesis                                        
     e.  Mengembangkan teori                                                

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a.  Dilakukan oleh guru sendiri
b.  Sampel tidak harus representatif
c.  Tidak menuntut analisis statistik yang rumit
d.  Tidak selalu menggunakan hipotesis
e.  Memperbaiki praktik pembelajaran

Keterangan:
1.  Penelitian formal yang dilakukan oleh orang lain hasilnya dapat menjadi literatur bagi kita sedangkan hasil PTK umumnya hanya digunakan pada kelas penelitian
2.  Penelitian formal sangat memperhatikan sampel, baik metode pengambilan sampel maupun menentukan ukuran sampel.  Berikut dijelaskan mengenai sampel.
a.  Pengertian sampel
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Riduan (2003: 10) sampel adalah bagian dari populasi.  Menurut Sugiyono sampel adalah sebagaian dari jumah dan kareakteristik yang dimiliki populasi.  Sedangkan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 108)
b.  Metode Sampling
Teknik pengambilan sampe atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi.  Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan yaitu:
1).  Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
2).  Non probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan atau peluang pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel.
c.  Ukuran sampel
Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2008: 74) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.  Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 112) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.  Jika subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%.
Berbeda dengan Penelitian Tindakan Kelas sampelnya siswa yang ada di dalam kelas penelitian.
3.  Dalam penelitian formal (sebagai acuan penelitian dalam bidang pendidikan) untuk memperoleh hasil penelitian harus melalui teknik analisis statistik, dimana urutanya sebagai berikut:
a.  Uji instrumen, dengan urutan sebagai berikut:
     1)  Uji validitas
     2)  Uji reliabilitas
     3)  Tingkat kesukaran
     4)  Daya pembeda soal
b.  Uji prasyarat analisis data, menggunakan uji normalitas
c.  Analisis data atau analisis akhir, dengan penjelasan sebagai berikut:
1)  Jika permasalahan/judul yang diambil adalah hubunganmaka alat analisis yang digunakan adalah korelasi.
2)  Jika permasalahan/judul yang diambil adalah perbedaan (perbedaan rata-rata) maka alat analisis yang digunakan adlah uji komparasi/uji beda.
3)  Jika permasalahan/judul yang diambil adalah pengaruh maka alat analisis yang digunaan adalah regresi.
Sedangkan dalam Penelitian Tindakan Kelas analisis yang digunakan adalah analisis taksonomi, rata-rata, dan frekuensi.
4.  Penelitian formal harus menggunakan hipotesis karena bertujuan ingin mencari keberhasilan dari sebuah dugaan peneliti.  Berikut dijelaskan mengenai hipotesis.
1)  Penelitian formal
hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1973: 18)
hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sutau hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (Sudjana, 1992: 219).
Menurut Tuckman hipotesis adalah dugaan antara dua variabel atau lebih.
Menurut Riduan (2008: 163) hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya.
2)  Penelitian Tindakan Kelas
Suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Sudarsono, 1996).
b.  Bentuk hipotesis
1)  Penelitian formal
     Bentuk hipotesis penelitian formal berupa korelasional, komparatif, maupun kausatif.
2)  Penelitian Tindakan Kelas
     Bentuk hipotesis Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut "jika dilakukan ini, peneliti percaya bahwa tindakan tersebut akan mampu memecahkan maslah yang sedang dihadapi".
Contoh:  Rumusan maslaah:  Apakah penggunaan media komputer dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan hafalan letak negara-negara ASEAN pada siswa kelas VI SD Negeri Purana?
Hipotesisnya berbunyi:  Penggunaan media komputer berupa permaianan peta negara-negara ASEAN dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan meningkatkan hafalan letak negara-negara ASEAN pada siswa kelas VI SD N Purana Tahun Pelajaran 2010/2011.
5.  Hasil penelitian formal bersifat mengembangkan atau mendukung teori dari landasan teori yang telah menjadi dasar dari tema permasalahan penelitian yang diangkat.  PTK hanya memperbaiki pembelajaran karena tindakan atau siklus yang ada pada PTK merupaakan proses yang mengarah pada perbaikan pembelajrana dengan parameter nilai siswa pada setiap siklusnya.

D. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas
     Metodologi atau langkah-langkahatau prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang ditempuh untuk mendapatkanhasil sesuai yang diharapkan secara umum dijelaskan sebagai berikut:
1.  Identifikasi masalah
     Masalah timbul karena adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan atau ada perbedaan antara yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan.  Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas didasarkan pada masalah keseharian yang ada di dalam kelas, sehingga identifikasi masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas pertama-tama harus bersumber pada kondisi objektif yang terdapat di dalam kelas.
Identifikasi masalah merupakan tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan informasi kita kenali sebagai suatu masalah (Suriasumantri, 1986).
Untuk membantu menemukan masalah penelitian ada beberapa hal yang dapat dijadikan sumber untuk mengidentifikasi masalah, adapun sumber yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.  Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian.
b.  Seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah.
c.  Pernyataan pemegang otoritas.
d.  Pengamatan sepintas
e.  Pengalaman pribadi
f.   Perasaan intuitif   (Suryabrata, 1983)
Untuk membantu mempercepat proses identifikasi maslaah dalam Penelitian Tindakan Kelas, paling tidak ada enam pertanyaan berikut:
a.  Apa yang menjadi keprihatinan guru, kepala sekolah, pengawas sekolah?
b.  Mengapa guru, kepala sekolah, dan penlilik sekolah memprihatinkan hal tersebut?
c.  Menurut mereka apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
d.  Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk dapat membantu membuat penilaian yang tepat tentang apa yang terjadi?
e.  Bagaimana mereka akan mengumpulkan bukti-bukti itu?
f.  Bagaimana mereka melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan  ketepatan tentang apa yang telah terjadi ?   (Sudarsono, 1996)
Dalam proses identifikasi masalah, peneliti hendaknya mampu membedakan masalah yang bersifat individual dengan masalah yang umum dan masalah yang tepat untuk dipilih adalah masalah yang dirasakan di kelas.
2.  Analisis masalah
    Analisis masalah digunakan untuk mendapatkan batas-batas permasalahan dengan jelas agar fokus masalah menjadi jelas yang memungkinkan peneliti merumuskan malah dengan baik, karena dalam Pnelitian Tindakan Kelas tidak mungkin satu tindakan semua maslah dapat dipat dipecahkan.  Selain itu, tidak semua masalah memerlukan pemecahan lewat Penelitian Tindakan kelas.  Beberapa kriteria pemilihan masalah yang dapat diacu antara lain sebagai berikut:
a.  Masalah harus benar-benar pentingbagi guru kelas yang bersangkutan serta bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajran guna meningkatkan kualitas hasil pendidikan.
b.  Masalah harus dalam jangkauan kemampuan peneliti (guru) yang akan melaksanakan tindakan kelas.  Pertimbangan ini sangat penting bagi guru karena ia tidak akan berubah fungsi menjadi peneliti, melainkan tetap bertugassebagai guru seperti sedia kala.  Hanya saja, disamping tugasnya yang pokok itu, ia dituntut untuk melakukan refleksi dan perbaikan atas proses pembelajaran yang diselenggarakan.
Analisis masalah dinyatakan dapat mengembangkan  profesi guru karena dalam kegiatan analisis maslaah guru dituntut:
a.  Mampu melakukan kajian ilmiah untuk dapat memahami sifat masalah yang pokok.
b. Mau mengubah perspektifnya sendiri tentang hakikat pembelajaran.
Untuk dapat melakukan kajian ilmiah guru wajib membaca buku dan laporan penelitian, mengikuti seminar, lokakarya, dan pelatihan.  Untuk dapat mengubah perspektif hakikat pembelajaran guru harus melawan tradisi yang dimiliki oleh individu atau kelompok guru yang tidak mau melakukan perubahan.
3. Merumuskan masalah
    Perumusan masalah adalah upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Berikut merupakan panduan dalam merumuskan masalah:
a. Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalamarti tidak mempunyai makna ganda.
b. Masalah penelitian dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
c. Rumusan masalah umumnya menunjukkan hubungan antar dua atau lebih variabel.
d. Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik.
e. Rumusan masalah menunjukkan secara jelas subjek dan/atau lokasi penelitian.

4.  Merumuskan hipotesis tindakan
     Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis.  Namun, tidak semua jenis penelitian tindakan kelas memerlukan hipotesis.  Secara umum, hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atau masalah yang hendak dipecahkan.
Secara teknis hipotesis tindakan pada dasarnya menyatakan: "jika dilakukan tindakan ini, peneliti percaya bahwa tindakan tersebut akan mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi."
Contoh:
Perumusan masalah: "Apakah pengelompokkan siswa menjadi kelompok cerdasdan kelompok biasa yang diikuti dengan perlakuan lebih (ekstra) kepada kelompok cerdas dapat meningkatkan peringkat keunggulan sekolah di daerahnya".
Hipotesisnya berbunyi: "Pembagiansiswa menjadi kelompok cerdasdan kelompok biasa sertamemberi kan perlakukan lebih (ekstra) kepada siswa kelompok cerdas, akan meningkatkan peringkat keunggulan sekolah dari tahun ke tahun sejak lulusanpertama siswa yang dikelompokkan tersebut".
Untuk dapat merumuskan hipotesis tindakan kelas secara tepat dan bermakna, penelitiperlu melakukan:
a.  Kajian terhadap teori-teori pembelajaran dan teori pendidikan.
b.  Kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti.
c.  Kajian terhadap pendapat dan saran pakar pendidikan.
d.  Diskusi intensif dengan teman sejawat.

5.  Menetapkan rancangan penelitian
     Sebelum seseorang bermaksud melakukan penelitian, terlebih dahulu ia harus membuat rancangan (desain) penelitian.  Adapun desain Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

E.  Prosedur Pelaksanaan Tindakan
1.  Rencana Tindakan
Bagian awal dari rancangan Penelitian Tindakan Kelas berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan, dengan prosedur sebagai berikut:
     a.  Menentukan definisi operasional dari variabel penelitian
     b.  Penetapan jenis tindakan
          Pemilihan jenis tindakan yang akan dilakukan hendaknya didasarkan atas:
          1)  kajian teori atau hasil penelitian yang relevan
          2)  kesanggupan guru
          3)  kemampuan siswa
          4)  fasilitas dan sarana yang tersedia
          5)  iklim belajar di kelas dan suasana kerja sekolah (Sudarsono, 1996)
      c.  Pengumpulan metode dan alat pengumpulan data
      d.  Perencanaan teknik pengolahan data
2.  Pelaksanaan Tindakan
     Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan peningkatan atau perbaikan pembelajaran.
Aspek peningkatan atau perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.  Proses pembelajaran lebih menarik
b.  Siswa menjadi lebih aktif
c.  Sumber belajar lebih dimanfaatkan
d.  Penyajian materi lebih mudah diikuti dan dipahami
e.  Pembelajaran menjadi lebih efesien
f.  Hasil belajar lebih meningkat
Untuk mengetahui tindakan sesuai dengan rencana maka diperlukan:
a.  Pemantauan (kolaborasi)
b.  Alat bantu (tape recoder atau video)
Cara untuk mengetahui keberhasilan tindakan adalah dengan membandingkan keadaan awal sebelum perlakuan dan sesuadahnya, jika hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka dilakukan puteran (siklus) berikutnya.
3.  Observasi 
Observasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan dari suatu tindakan
Fungsi observasi adalah sebagai berikut:
a.  Untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan perencanaan.
b.  Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari sutau tindakan
Observasi yang digunakan dalam PTK adalah jenis observasi partisipatif artinya jenis observasi yang pengamatannya terlibat pada sebagian kegiatan atau seluruh yang diamati, contohnya guru dalam melakukan pembelajaran juga melakukan observasi.
Observasi kedudukannya sama dengan pengumpulan data pada penelitian formal, tetapi pada PTK observasi hendaknya mengganggu atau membebani guru dalam melaksanakan tugas pokoknya.
4.  Refleksi
Dalam kegiatan refleksi tercakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi atau informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi.

F.  Format Penyusunan Proposal PTK
     1.  Judul Penelitian
     2.  Tujuan Penelitian
     3.  Hipotesis Tindakan
     4.  Hipotesis Tindakan
     5.  Manfaat Penelitian
     6.  Kajian Pustaka
     7.  Metodologi Penelitian
          a.  Rancangan Penelitian
          b.  Subjek Penelitian
          c.  Jenis dan Cara Penyusunan Instrumen
          d.  Metode Pengumpulan Data
          e.  Analisis Data
     8.  Jadwal Penelitian
     9.  Personalia  Penelitian
    10. Lampiran-lampiran

DAFTAR PUSTAKA

Kasihani Kasbolah, 2001. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, Universitas Negeri Malang, Malang.
Riduwan, 2003.  Dasar-Dasar Statistika, Alfabeta, Bandung.
Suharsimi Arikunto, 2002.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,  Rineka Cipta, Jakarta.
Sugiyono, 2008.  Statistik untuk Penelitian, Alfa Beta, Bandung.
Zainal Aqib, 2007.  Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, Yrama Widya, Bandung

0 komentar:

Posting Komentar