Kamis, 20 Januari 2011

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS VI SEMESTER II DI SD NEGERI PURANA UPPK BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011


A.  Latar Belakang  
     Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UASBN atau Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, untuk itu perlu perhatian khusus bagi guru untuk dapat menerpakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak disampaikan kepada peserta didik.  Terlebih lagi kelas VI yang mempunyai porsi materi paling banyak (sekitar 60%) yang diujikan, perlu adnya perlakuan atau tindakan khusus untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
     Motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang pada mata pelajarn IPA perlu ditingkatkan, upaya peningkatan tersebut salah satunya dengan cara penerapan metode pembelajaran examples non examples.  Sebelumnya guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah sehingga siswa terkesan kurang termotivasi belajarnya dan hasil belajarnya belum maksimal.
      Metode pembelajaran examples non examples merupakan metode pembelajran yang menggunakan alt peraga seperti gambar, dan melibatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajran yaitu siswa melakukan diskusi kelompok dan menyampaikan ahsil diskusinya.  Berdasarkan alasan tersebut diharapkan ada peningkatan minat atau motivasi belajar siswa.  Disamping itu, karena keterbatasan waktu dan biaya maka penulis hanya menggunakan satu metode pembelajran dalam penelitian dari 21 metode yang penulis ketahui.
       Penerapan model pembelajaran examples non examples diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.  Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.  Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalamseperti kondisi fisiologis dan psikologis sedangkan faktor dari luar seperti faktor merupakan fraktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar, tetapi dapt mempengaruhi kondisi psikologis siswa seperti: kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif.
      Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dalam kesempatan ini akan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul "Penerapan Metode Pembelajaran Examples Non Examples Dalam Meingkatkan Motivasi Belajar dan Hasil elajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan ALam Siswa Kelas VI Semester II di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011".

B.  Perumusan Masalah
     Berdasarkan permasalahan di atas penulis melakukan perumusan masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan metode pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam semester II di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011?

C.  Tujuan Penelitian
     Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI semester II mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples.

D.  Manfaat Penelitian
      Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.  Bagi Siswa
     a.  Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2010/2011.
     b.  Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2010/2011.
2.  Bagi Guru
    a.  Sebagai upaya memperbaiki kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
    b.  Sebagai penambahan wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran berupa metode pembelajaran examples non examples dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
3.  Bagi Sekolah
     a.  Sebagai upaya memperbaiki prestasi sekolah.
     b.  Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada hasil belajar matematika.
     c.  Sebagai acuan atau referensi jika akan melakukan kegiatan sejenis.
4.  Bagai Dunia Pendidikan
     a.  Sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum.
     b.  Memajukan dan memperkaya teknik pembelajaran pada dunia pendidikan di Indonesia.

E.  Kajian Pustaka
1.   Metode Pembelajaran Examples Non Examples.
      Menurut Buehl (1996) examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.  Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa utnuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.  Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode examples non examples antara lain:
a.  Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
b.  Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari examples non examples.
c.  Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
      Tennyson dan Pork (1980) dalam Slavin 1994 menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
a.  Urutkan dari yang gampang sampai yang ke sulit.
b.  Pilih contoh yang berbeda satu sama lainnya.
c.  Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.
Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non contoh akan membantu siswa untuk membangun pemikiran yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting.  Joyce and Weil (1986) dalam Buehl (1996) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metode example non example.
Kerangka konsep tersebut antara lain:
a.  Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non contoh yang menjelaskan beberapa dari sebagian esar kareakter atau atribut dari konsep baru.  Menyajikannya dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut.  Selama siswa memikirkan tentang tiap example dan non example tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar tersebut berbeda.
b.  Menyiapkan examples non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.
c.  Meminta siswa untuk bekerja berpasangna untuk menggeneralisasikan konsep examples non examples mereka.  Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikan secara klaikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
d.  Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang elah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari examples non examples.
2.  Langkah-langkah Pembelajaran
     Langkhah-langkah:
     a.  Guru menggunakan gambar/tulisan sesuai tengan tujuan pembelajaran.
     b.  Guru menempelkan gambar/tulisan dipapan atau ditayangkan .
     c.  Guru memberi petunjuk pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis.
     d.  Guru mmberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis.
     e.  Melalui diskusi gambar tersebut dicatat pada kertas.
     f.  Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.      
     g.  Guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang dicapai.
     h.  Kesimpulan.
3.  Motivasi Belajar
a.  Pengertian motivasi belajar
     Motivasi berpangkal dari kata motiv yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.  Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan).  Adapun menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalamdiri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.  Dari pengertian tersebut, mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanaya feeling, dan rangsang karena adanya tujuan.       
      Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.  Dalam kegiatan belajar, motivbasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.  Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
b.  Jenis motivasi belajar
     Motivasi ada dua yaitu:
     1)  Motivasi instrinsik
          Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari luar.
     2)  Motivasi ekstrinsik
          Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu.
c.  Strategi yang digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa
1)  Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
     Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seseorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang akan dicapai kepada siswa makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2)  Hadiah
     Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi.  Hal ini akan memacu semangat meraka untuk bisa belajar lebih giat lagi.  Disamping itu, siswa yang belum berprestai akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3)  Saingan atau kompetisi
     Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4)  Pujian
     Pujian yang bersifat membangun kepada siswa yang berprestasi.
5)  Hukuman
     Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.  Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6)  Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
     Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7)  Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8)  Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
9)  Menggunakan metode yang bervariasi.
10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4.  Hasil Belajar
a.  Pengertian
    Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.  Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.  Proses penilaian tehadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.  Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menysun dan membina kegiatan-kegitan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
    Hasil belajar dibagi dalam tiga macam hasil belajar yaitu:
    1)  Keterampilan dan kebiasaan.
    2)  Pengetahuan dan pengertian
    3)  Sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, (Nana Sudjana, 2004: 22)
b.  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
     1)  Faktor internal
          Faktor ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar.
     2)  Faktor eksternal
          Pencapaian tujuan belajar perlu diciptka adanya sistem lingkkungan belajar yang kondusif.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa.  Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.  (Nana Sudjana, 1989: 111)
5.  Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
     Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga  IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.  Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehiduapn sehari-hari.  Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.  Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
  IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalaui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.  Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.  Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalaui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
   Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.  Oleh karen itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
   Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.  Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemapuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
6.  Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
    Adapun materi IPA dalam penelitian ini adalah Kompetensi Dasar 7.2 yaitu Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.
a.  Rangkaian listrik sederhana dan seri
     Rangkaian listrik merupakan hubungan aliran listrik dengan memakai alat-alat listrik sampai dapat dipergunakan.  Misalnya, aliran listrik mengalir melalui kabel listrik, sakerlar, dan bola lampu.  Bola lampu akan menyala jika sakelar dalam keadan tertutup.  Rangkaian seperti ini disebut rangkaian tertutup.  Sebaliknya, jika sakelar dalam keadaan terbuka bola lampu tidak akan menyala.  Rangkaian ini disebut rangkaian terbuka.  Rangkaian seri adalah rangkaian alat-alat listrik yang disusun berurutan tanpa cabang.  (Heri Sulistyanto, 2008: 96)
b.  Rangkaian listrik paralel dan campuran
     Rangkaian paralel adalah rangkaian alat-alat listrik yang dihubungkan secara berjajar dengan satu atau beberapa cabang.  Alat listrik yang dapat dirangkai secara paralel adalah lampu dan baterainya bercabang.  (Heri Suistyanto, 2008: 97)
7.  Penerapan metode example non example dalam pembelajaran IPA
     Berdasarkan contoh yang diberikan oleh guru baik yang sesuai dengan materi maupun yang tidak siswa mengamati dan memahaminya dengan baik, dan didiskusikan dengan kelompok masing-masing.  Hasil diskusi merupakan kesimpulan yang dipandu guru untuk mendapatkan pemahaman tentang konsep materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.  Guru dapat menggali pemahaman siswa kembali dengan cara memberikan penguatan dan tanya jawab secara lisan sebelum melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengukur penguasan materi yang diserap oleh siswa.  Adapaun untuk materi siklus ke II mengenai rangkaian paralel dan rangkaian campuran alat peraga disesuaikan dengan siklus I tetapi lebih interaktif dan menarik agar siswa lebih memperhatikan penjelasan dari guru.
8.  Kerangka Berfikir
     Berdasarkan kondisi awal siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang semester I tahun pelajaran 2010/2011 bahwa motivasi belajar dan hasil belajar IPA belum optimal.  Motivasi belajar dan hasil belajar mata pealajaran IPA rendah diakibatkan karena guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah.  Umumnya siswa cenderung cepat bosan mendengarkan penjelasan guru, sehingga mengurangi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
     Untuk mengatasi hal tersebut maka guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode exampeles non examples dalam dua siklus.  Pada siklus pertama guru melakukan tindakan dengan cara membagi kelompok belajar, dimana setiap kelompok masing-masing tiga orang dan menggunakan media pembelajaran berupa gambar tidak berwarna.  Pada siklus kedua guru melakuakn tindakan dengan cara membagi kelompok belajar dengan setiap kelompok masing-masing dua orang dan menggunakan media pembelajaran berupa gambar berwarna atau animasi.
    Kondisi akhir mengenai motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Puranan UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meningkat setelah menerapkan metode examples non examples.  Peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar ini ditandai dengan hasil observasi dan nilai ulangan pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan antara sikus pertama dengan sikus kedua.
9.  Hipotesis Tindakan
     Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara pada kajian teori dan kerangka berfikir, menjawab perumusan yang diajukan dan merupaakna hipotesis tindakan bukan merupakan hipoesis penelitian.  Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:  melalui metode examples non examples dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas VI semester II SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011.

F.  Kajian Pustaka
1.  Setting Penelitian
     a.  Waktu penelitian
          Penelitian ini dilaksanakan pada bulang Januari - Maret 211.
     b.  Tempat penelitian
          Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang, alasannya karena peneliti merupakan guru di SD tersebut.
2.  Subjek Penelitian
     Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang berjumlah 38 orang.  Alasan pemilihan kelas VI sebagai populasi dan sekaligus sebagai sampel penelitian, karena sebagian besar siswanya belum optimal hasil belajarnya dan mata pelajaran IPA mengarah pada UASBN.
3.  Sumber Data Penelitian
     Sumber data penelitian terdiri dari:
     a.  Siswa
          1)  Hasil belajar siswa berupa ulangan semester I.
          2)  Nilai tes pada akhir pembelajaran pada siklus I dan siklus II.
     b.  Guru
          Evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa maupun catatan siswa berupa hasil belajar siswa semester sebelumnya.
     c.  Teman sejawat
         1)  Hasil observasi siswa berupa keaktifan siswa.
         2) Hasil observasi pembelajaran berupa tampilan guru dalam KBM.
4.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data
     Adapun teknik dan pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut:
     a.  Teknik pengumpulan data
          1)  Tes
                Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian hasil belajar siswa.
          2)  Observasi
               Berpa format atau blanko pengamatan kepada siswa dan guru.
          3)  Dokumentasi
               Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.  (Suharsimi Arikunto, 2002: 54).
     b.  Alat pengumpulan data
          1)  Ulangan
               Ulangan dilakukan setelah pembelajaran selesai pada setiap siklus.
          2)  Lembar observasi
               Berupa lembar pengamatan aktifitas belajar siswa dalam setiap siklus dan lembar pengamatan guru dalam mengajar dalam setiap siklus.
          3)  Catatan siswa
                Nilai raport pada kelas sebelumnya
5.  Validitas dan Analisis Data
     a.  Validasi data
          Agar data dapat digunakan dalam penelitin, maka perlu dilakukan uji validitas data dengan cara kolaborasi dengan teman sejawat.
     b.  Analisis Data
          Adapun analisis data digunakan rumus sebagai berikut:
          1)  Mean
          2)  Distribusi frekuensi ketuntasan belajar siswa
          3)  Interval penilaian keaktifan siswa
          4)  Distribusi frekuensi keaktifan siswa
          5)  Interval penilaian guru.
6.  Indikator kerja
     Setelah tindakan dilakukan diharapkan prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas VI semester II dapat meningkat, peningkatan hasil belajar berkisar antara 0,3 sampai dengan 0,5 pada skala 10 atau 3 sampai dengan 5 pada skala 100.
7.  Prosedur penelitian
     Dalam penelitian ini pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung dalam dua siklus, dengan selang waktu tertentu.  Berikut adalah jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
a.  Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Februari 2011, pukul 09.30 - 11.00 WIB
b.  Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Februari 2011 pukul 09.30 - 11.00 WIB
   Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran dilakukan beberapa tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan selama dua siklus, yaitu:
1.  Perencanaan
2.  Pelaksanaan
3.  Pengamatan
4.  Refleksi
   Secara lebih rinci, deskripsi pelaksanaan perbaikan persiklus dijelaskan sebagai berikut:
1.  Siklus I
     Untuk melaksanakan pada setiap langkah dalam siklus I, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat Hersisda Nis Efindiati untuk memberikan saran-saran kepada peneliti.  Hasil antara pengamat dan peneliti kemudian diajukan kepada dosen pembimbing untuk dikaji ulang dan disempurnakan.
a.  Perencanaan siklus I
     Berdasarkan permasalahan yang muncul dan peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:
     1)  Rencana perbaikan pembelajaran.
     2)  Menyusun lembar kerja.
     3)  Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
     4)  Menyiapkan alat evaluasi
     5)  Menyiapkan buku sumber dan media pembelajaran
b.  Pelaksanaan siklus I
     Secara umum prosedur pelaksanaan siklus I sebagai berikut:
     1)  Siswa menyebut sumber listrik
     2)  Siswa menyebutkan alat-alat pada rangkaian listrik.
     3)  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran    
     4)  Guru membagi siswa dalam kelompok
     5)  Siswa memperhatikan KBM
     6)  Siswa melakukan diskusi kelompok
     7)  Siswa melaporkan hasil kelompok 
     8)  Siswa melakukan evaluasi yang diberikan guru 
     9)  Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa
    10) Guru menganalisis hasil evaluasi siswa
c.  Pengamatan siklus I
     Observasi dilakukan secara langsung oleh teman sejawat dengan instrumen yang telah disediakan.  Dari catatan-catatan penting semua kejadian selama proses pembelajaran, dapat disimpulkan:
1)  Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik
2)  Uraian dari guru masih sulit dipahami oleh siswa
3)  Pelaksanaan berjalan apa adanya cenderung tidak tertata dengan baik.
4)  Media pembelajaran masih sedikit dan kurang menarik
5)  Isi lembar kerja masih sulit dikerjakan siswa
6)  Tidak ada penguatan atau pujian dari guru
d.  Refleksi siklus I
     Hasil refleksi dari dan dengan teman sejawat yang telah membantu melaksanakan kegiatan observasi pembelajran, menghasilkan beberapa bagian yang pelu dibenahi atua diperbaiki, yaitu:
1)  Guru menggunakan momentup apersepsi yang bagus dan sesuai serta pas.
2)  Konsep yang ditanamkan hendaknya tidak terlalu luas.
3)  Guru hendaknya lebih melibatkan siswa dalam diskusi kelompok
4)  Kesimpulan hendaknya disampaikan dengan tegas dan jelas

2.  Siklus II
     Hasil perbaikan dari siklus I dan teman sejawat dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan arahan dan masukan untuk perbaikan pada siklus II.  Langkah-langkah selanjutnya untuk perbaikan siklus II yaitu:
a.  Perencanaan
     1)  Rencana perbaikan pembelajaran
     2)  Menyusun lembar kerja
     3)  Menyiapkan lembar kerja untuk siswa dan guru
     4)  Menyiapkan alat evaluasi
     5)  Menyiapkan buku sumber dan media pembelajaran
b.  Pelaksanaan siklus II
     Langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai berikut:
     1)  Siswa menggambarkan rangkaian listrik sederhana
     2)  Siswa menggambarkan rangkaian listrik
     3)  Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran
     4)  Guru membagi siswa dalam kelompok kecil
     5)  Siswa memperhatikan KBM
     6)  Siswa melakukan diskusi kelompok
     7)  Siswa melaporkan hasil diskusi
     8)  Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru
     9)  Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa
    10)  Guru menganalisis pekerjaan siswa
c.  Pengamatan siklus II
    Hasil analisis evaluasi belajar siswa dan observasi teman sejawat adalah sebagai berikut:
    1)  Apersepsi dilaksanakan dengan tepat untuk menuju pokok materi
    2)  Guru menyampaikan materi dengan media pembelajaran dengan optimal
    3)  Kegiatan berjalan dengan tahapan yang jelas dan sistematis dan ada bimbingan guru
    4)  Siswa menggambar dan mengukur sendiri dengan bimbingan dari guru
    5)  Hasil belajar siswa baik dengan indikator tuntas belajar
d.  Refleksi siklus II
     Perenungan dari dan analisis data hasil evaluasi belajar siswa serta dengan pengamatan teman sejawat menunjukkan:
1)  Penampilan keseluruhan guru sudah bagus
2)  Adanya peningkatan aktifitas belajar siswa
3)  Hasil belajar siswa meningkat secara singkat
4)  Penyimpulan materi masih sangat tergantung pada guru
Dari hasil refleksi siklus II tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran telah selesai.

G.  Biaya Penelitian
Rekapitulasi biaya adalah sebagai berikut:
1.  Biaya operasional  Rp. 500.000,-
2.  Honor pelaksana  Rp.  300.000,-
3.  Konsumsi  Rp.  500.000,-
4.  Biaya pengetikan Rp. 200.000,-
5.  Penggandaan dan penjilidan  Rp. 50.000,-

H.  Personalia Penelitian
     1.  Penelitian
          Nama                      :  Abdul Akbar Kurniawan
          Jabatan fungsional   :  Guru
          Unit Kerja               :  SD Negeri Purana
          Alamat                    :  Jl Tentara Pelajar No.14 Mulyoharjo Pemalang
     2.  Kolaborator
          Nama                      :  Hersisda Nis Efindiati
          Jabatan fungsional   :  Guru
          Unit Kerja               :  SD Negeri 1 Mulyoharjo
          Alamat                    :  Jl Tentara Pelajar No.14 Mulyoharjo Pemalang

I.  Daftar Pustaka
Abu Ahmadi, 1993.  Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, Solo, CV. Aneka
Djamarah, Syaiful Bahri, 2008.  Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Heri Sulistyanto, 2008.  Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas VI Surakarta, CV. Ar Rahman
J.R. Budi Manunggal, 2008.  Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas VI, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
M Ngalim Purwanto, 1997.Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2006.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2008.  Model-Model Pembelajaran yang Efektif. Disajikan pada ToT Kurikulum SD/MI
Riduawan, 2004,  Dasar-Dasar Statistika, Bandung, Alfabeta.
Sardiman, 1987. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta Rajawali pers
Sudjana, 1996.  Metode Statistika, Bandung, Tarsito.
Suharsimi Arikunto, 2002.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Sugiyono, 2008.  Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta
Tim Penyusun, 1989.  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka
Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990. Psikologi Belajar, IKIP Semarang Perss.
Zaenal Aqib, 2007.  Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, CV. YRAMA WIDYA

Rabu, 19 Januari 2011

JURNAL PENELITIAN



PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI  BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS VI SEMESTER II DI SD NEGERI PURANA UPPK BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Sabtu, 15 Januari 2011

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS VI SEMESTER II DI SD NEGERI PURANA UPPK BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011


A.  Latar Belakang  
     Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UASBN atau Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional, untuk itu perlu perhatian khusus bagi guru untuk dapat menerpakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak disampaikan kepada peserta didik.  Terlebih lagi kelas VI yang mempunyai porsi materi paling banyak (sekitar 60%) yang diujikan, perlu adnya perlakuan atau tindakan khusus untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
     Motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang pada mata pelajarn IPA perlu ditingkatkan, upaya peningkatan tersebut salah satunya dengan cara penerapan metode pembelajaran examples non examples.  Sebelumnya guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah sehingga siswa terkesan kurang termotivasi belajarnya dan hasil belajarnya belum maksimal.
      Metode pembelajaran examples non examples merupakan metode pembelajran yang menggunakan alt peraga seperti gambar, dan melibatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajran yaitu siswa melakukan diskusi kelompok dan menyampaikan ahsil diskusinya.  Berdasarkan alasan tersebut diharapkan ada peningkatan minat atau motivasi belajar siswa.  Disamping itu, karena keterbatasan waktu dan biaya maka penulis hanya menggunakan satu metode pembelajran dalam penelitian dari 21 metode yang penulis ketahui.
       Penerapan model pembelajaran examples non examples diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.  Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.  Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalamseperti kondisi fisiologis dan psikologis sedangkan faktor dari luar seperti faktor merupakan fraktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar, tetapi dapt mempengaruhi kondisi psikologis siswa seperti: kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif.
      Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dalam kesempatan ini akan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul "Penerapan Metode Pembelajaran Examples Non Examples Dalam Meingkatkan Motivasi Belajar dan Hasil elajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan ALam Siswa Kelas VI Semester II di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011".

B.  Perumusan Masalah
     Berdasarkan permasalahan di atas penulis melakukan perumusan masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan metode pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam semester II di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011?

C.  Tujuan Penelitian
     Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI semester II mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples.

D.  Manfaat Penelitian
      Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.  Bagi Siswa
     a.  Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2010/2011.
     b.  Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2010/2011.
2.  Bagi Guru
    a.  Sebagai upaya memperbaiki kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
    b.  Sebagai penambahan wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran berupa metode pembelajaran examples non examples dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
3.  Bagi Sekolah
     a.  Sebagai upaya memperbaiki prestasi sekolah.
     b.  Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada hasil belajar matematika.
     c.  Sebagai acuan atau referensi jika akan melakukan kegiatan sejenis.
4.  Bagai Dunia Pendidikan
     a.  Sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum.
     b.  Memajukan dan memperkaya teknik pembelajaran pada dunia pendidikan di Indonesia.

E.  Kajian Pustaka
1.   Metode Pembelajaran Examples Non Examples.
      Menurut Buehl (1996) examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.  Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa utnuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.  Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode examples non examples antara lain:
a.  Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
b.  Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari examples non examples.
c.  Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
      Tennyson dan Pork (1980) dalam Slavin 1994 menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
a.  Urutkan dari yang gampang sampai yang ke sulit.
b.  Pilih contoh yang berbeda satu sama lainnya.
c.  Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.
Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non contoh akan membantu siswa untuk membangun pemikiran yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting.  Joyce and Weil (1986) dalam Buehl (1996) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metode example non example.
Kerangka konsep tersebut antara lain:
a.  Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non contoh yang menjelaskan beberapa dari sebagian esar kareakter atau atribut dari konsep baru.  Menyajikannya dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut.  Selama siswa memikirkan tentang tiap example dan non example tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar tersebut berbeda.
b.  Menyiapkan examples non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.
c.  Meminta siswa untuk bekerja berpasangna untuk menggeneralisasikan konsep examples non examples mereka.  Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikan secara klaikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
d.  Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang elah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari examples non examples.
2.  Langkah-langkah Pembelajaran
     Langkhah-langkah:
     a.  Guru menggunakan gambar/tulisan sesuai tengan tujuan pembelajaran.
     b.  Guru menempelkan gambar/tulisan dipapan atau ditayangkan .
     c.  Guru memberi petunjuk pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis.
     d.  Guru mmberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis.
     e.  Melalui diskusi gambar tersebut dicatat pada kertas.
     f.  Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.      
     g.  Guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang dicapai.
     h.  Kesimpulan.
3.  Motivasi Belajar
a.  Pengertian motivasi belajar
     Motivasi berpangkal dari kata motiv yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.  Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan).  Adapun menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalamdiri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.  Dari pengertian tersebut, mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanaya feeling, dan rangsang karena adanya tujuan.       
      Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.  Dalam kegiatan belajar, motivbasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.  Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
b.  Jenis motivasi belajar
     Motivasi ada dua yaitu:
     1)  Motivasi instrinsik
          Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari luar.
     2)  Motivasi ekstrinsik
          Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu.
c.  Strategi yang digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa
1)  Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
     Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seseorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang akan dicapai kepada siswa makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2)  Hadiah
     Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi.  Hal ini akan memacu semangat meraka untuk bisa belajar lebih giat lagi.  Disamping itu, siswa yang belum berprestai akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3)  Saingan atau kompetisi
     Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4)  Pujian
     Pujian yang bersifat membangun kepada siswa yang berprestasi.
5)  Hukuman
     Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.  Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6)  Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
     Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7)  Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8)  Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
9)  Menggunakan metode yang bervariasi.
10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4.  Hasil Belajar
a.  Pengertian
    Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.  Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.  Proses penilaian tehadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.  Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menysun dan membina kegiatan-kegitan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
    Hasil belajar dibagi dalam tiga macam hasil belajar yaitu:
    1)  Keterampilan dan kebiasaan.
    2)  Pengetahuan dan pengertian
    3)  Sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, (Nana Sudjana, 2004: 22)
b.  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
     1)  Faktor internal
          Faktor ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar.
     2)  Faktor eksternal
          Pencapaian tujuan belajar perlu diciptka adanya sistem lingkkungan belajar yang kondusif.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa.  Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.  (Nana Sudjana, 1989: 111)
5.  Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
     Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga  IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.  Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehiduapn sehari-hari.  Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.  Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
  IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalaui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.  Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.  Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalaui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
   Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.  Oleh karen itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
   Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.  Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemapuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
6.  Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
    Adapun materi IPA dalam penelitian ini adalah Kompetensi Dasar 7.2 yaitu Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.
a.  Rangkaian listrik sederhana dan seri
     Rangkaian listrik merupakan hubungan aliran listrik dengan memakai alat-alat listrik sampai dapat dipergunakan.  Misalnya, aliran listrik mengalir melalui kabel listrik, sakerlar, dan bola lampu.  Bola lampu akan menyala jika sakelar dalam keadan tertutup.  Rangkaian seperti ini disebut rangkaian tertutup.  Sebaliknya, jika sakelar dalam keadaan terbuka bola lampu tidak akan menyala.  Rangkaian ini disebut rangkaian terbuka.  Rangkaian seri adalah rangkaian alat-alat listrik yang disusun berurutan tanpa cabang.  (Heri Sulistyanto, 2008: 96)
b.  Rangkaian listrik paralel dan campuran
     Rangkaian paralel adalah rangkaian alat-alat listrik yang dihubungkan secara berjajar dengan satu atau beberapa cabang.  Alat listrik yang dapat dirangkai secara paralel adalah lampu dan baterainya bercabang.  (Heri Suistyanto, 2008: 97)
7.  Penerapan metode example non example dalam pembelajaran IPA
     Berdasarkan contoh yang diberikan oleh guru baik yang sesuai dengan materi maupun yang tidak siswa mengamati dan memahaminya dengan baik, dan didiskusikan dengan kelompok masing-masing.  Hasil diskusi merupakan kesimpulan yang dipandu guru untuk mendapatkan pemahaman tentang konsep materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.  Guru dapat menggali pemahaman siswa kembali dengan cara memberikan penguatan dan tanya jawab secara lisan sebelum melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengukur penguasan materi yang diserap oleh siswa.  Adapaun untuk materi siklus ke II mengenai rangkaian paralel dan rangkaian campuran alat peraga disesuaikan dengan siklus I tetapi lebih interaktif dan menarik agar siswa lebih memperhatikan penjelasan dari guru.
8.  Kerangka Berfikir
     Berdasarkan kondisi awal siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang semester I tahun pelajaran 2010/2011 bahwa motivasi belajar dan hasil belajar IPA belum optimal.  Motivasi belajar dan hasil belajar mata pealajaran IPA rendah diakibatkan karena guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah.  Umumnya siswa cenderung cepat bosan mendengarkan penjelasan guru, sehingga mengurangi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
     Untuk mengatasi hal tersebut maka guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode exampeles non examples dalam dua siklus.  Pada siklus pertama guru melakukan tindakan dengan cara membagi kelompok belajar, dimana setiap kelompok masing-masing tiga orang dan menggunakan media pembelajaran berupa gambar tidak berwarna.  Pada siklus kedua guru melakuakn tindakan dengan cara membagi kelompok belajar dengan setiap kelompok masing-masing dua orang dan menggunakan media pembelajaran berupa gambar berwarna atau animasi.
    Kondisi akhir mengenai motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Puranan UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meningkat setelah menerapkan metode examples non examples.  Peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar ini ditandai dengan hasil observasi dan nilai ulangan pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan antara sikus pertama dengan sikus kedua.
9.  Hipotesis Tindakan
     Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara pada kajian teori dan kerangka berfikir, menjawab perumusan yang diajukan dan merupaakna hipotesis tindakan bukan merupakan hipoesis penelitian.  Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:  melalui metode examples non examples dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas VI semester II SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010/2011.

F.  Kajian Pustaka
1.  Setting Penelitian
     a.  Waktu penelitian
          Penelitian ini dilaksanakan pada bulang Januari - Maret 211.
     b.  Tempat penelitian
          Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang, alasannya karena peneliti merupakan guru di SD tersebut.
2.  Subjek Penelitian
     Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten Pemalang berjumlah 38 orang.  Alasan pemilihan kelas VI sebagai populasi dan sekaligus sebagai sampel penelitian, karena sebagian besar siswanya belum optimal hasil belajarnya dan mata pelajaran IPA mengarah pada UASBN.
3.  Sumber Data Penelitian
     Sumber data penelitian terdiri dari:
     a.  Siswa
          1)  Hasil belajar siswa berupa ulangan semester I.
          2)  Nilai tes pada akhir pembelajaran pada siklus I dan siklus II.
     b.  Guru
          Evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa maupun catatan siswa berupa hasil belajar siswa semester sebelumnya.
     c.  Teman sejawat
         1)  Hasil observasi siswa berupa keaktifan siswa.
         2) Hasil observasi pembelajaran berupa tampilan guru dalam KBM.
4.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data
     Adapun teknik dan pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut:
     a.  Teknik pengumpulan data
          1)  Tes
                Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian hasil belajar siswa.
          2)  Observasi
               Berpa format atau blanko pengamatan kepada siswa dan guru.
          3)  Dokumentasi
               Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.  (Suharsimi Arikunto, 2002: 54).
     b.  Alat pengumpulan data
          1)  Ulangan
               Ulangan dilakukan setelah pembelajaran selesai pada setiap siklus.
          2)  Lembar observasi
               Berupa lembar pengamatan aktifitas belajar siswa dalam setiap siklus dan lembar pengamatan guru dalam mengajar dalam setiap siklus.
          3)  Catatan siswa
                Nilai raport pada kelas sebelumnya
5.  Validitas dan Analisis Data
     a.  Validasi data
          Agar data dapat digunakan dalam penelitin, maka perlu dilakukan uji validitas data dengan cara kolaborasi dengan teman sejawat.
     b.  Analisis Data
          Adapun analisis data digunakan rumus sebagai berikut:
          1)  Mean
          2)  Distribusi frekuensi ketuntasan belajar siswa
          3)  Interval penilaian keaktifan siswa
          4)  Distribusi frekuensi keaktifan siswa
          5)  Interval penilaian guru.
6.  Indikator kerja
     Setelah tindakan dilakukan diharapkan prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas VI semester II dapat meningkat, peningkatan hasil belajar berkisar antara 0,3 sampai dengan 0,5 pada skala 10 atau 3 sampai dengan 5 pada skala 100.
7.  Prosedur penelitian
     Dalam penelitian ini pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung dalam dua siklus, dengan selang waktu tertentu.  Berikut adalah jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
a.  Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Februari 2011, pukul 09.30 - 11.00 WIB
b.  Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Februari 2011 pukul 09.30 - 11.00 WIB
   Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran dilakukan beberapa tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan selama dua siklus, yaitu:
1.  Perencanaan
2.  Pelaksanaan
3.  Pengamatan
4.  Refleksi
   Secara lebih rinci, deskripsi pelaksanaan perbaikan persiklus dijelaskan sebagai berikut:
1.  Siklus I
     Untuk melaksanakan pada setiap langkah dalam siklus I, peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat Hersisda Nis Efindiati untuk memberikan saran-saran kepada peneliti.  Hasil antara pengamat dan peneliti kemudian diajukan kepada dosen pembimbing untuk dikaji ulang dan disempurnakan.
a.  Perencanaan siklus I
     Berdasarkan permasalahan yang muncul dan peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:
     1)  Rencana perbaikan pembelajaran.
     2)  Menyusun lembar kerja.
     3)  Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
     4)  Menyiapkan alat evaluasi
     5)  Menyiapkan buku sumber dan media pembelajaran
b.  Pelaksanaan siklus I
     Secara umum prosedur pelaksanaan siklus I sebagai berikut:
     1)  Siswa menyebut sumber listrik
     2)  Siswa menyebutkan alat-alat pada rangkaian listrik.
     3)  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran    
     4)  Guru membagi siswa dalam kelompok
     5)  Siswa memperhatikan KBM
     6)  Siswa melakukan diskusi kelompok
     7)  Siswa melaporkan hasil kelompok 
     8)  Siswa melakukan evaluasi yang diberikan guru 
     9)  Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa
    10) Guru menganalisis hasil evaluasi siswa
c.  Pengamatan siklus I
     Observasi dilakukan secara langsung oleh teman sejawat dengan instrumen yang telah disediakan.  Dari catatan-catatan penting semua kejadian selama proses pembelajaran, dapat disimpulkan:
1)  Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik
2)  Uraian dari guru masih sulit dipahami oleh siswa
3)  Pelaksanaan berjalan apa adanya cenderung tidak tertata dengan baik.
4)  Media pembelajaran masih sedikit dan kurang menarik
5)  Isi lembar kerja masih sulit dikerjakan siswa
6)  Tidak ada penguatan atau pujian dari guru
d.  Refleksi siklus I
     Hasil refleksi dari dan dengan teman sejawat yang telah membantu melaksanakan kegiatan observasi pembelajran, menghasilkan beberapa bagian yang pelu dibenahi atua diperbaiki, yaitu:
1)  Guru menggunakan momentup apersepsi yang bagus dan sesuai serta pas.
2)  Konsep yang ditanamkan hendaknya tidak terlalu luas.
3)  Guru hendaknya lebih melibatkan siswa dalam diskusi kelompok
4)  Kesimpulan hendaknya disampaikan dengan tegas dan jelas

2.  Siklus II
     Hasil perbaikan dari siklus I dan teman sejawat dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan arahan dan masukan untuk perbaikan pada siklus II.  Langkah-langkah selanjutnya untuk perbaikan siklus II yaitu:
a.  Perencanaan
     1)  Rencana perbaikan pembelajaran
     2)  Menyusun lembar kerja
     3)  Menyiapkan lembar kerja untuk siswa dan guru
     4)  Menyiapkan alat evaluasi
     5)  Menyiapkan buku sumber dan media pembelajaran
b.  Pelaksanaan siklus II
     Langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai berikut:
     1)  Siswa menggambarkan rangkaian listrik sederhana
     2)  Siswa menggambarkan rangkaian listrik
     3)  Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran
     4)  Guru membagi siswa dalam kelompok kecil
     5)  Siswa memperhatikan KBM
     6)  Siswa melakukan diskusi kelompok
     7)  Siswa melaporkan hasil diskusi
     8)  Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru
     9)  Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa
    10)  Guru menganalisis pekerjaan siswa
c.  Pengamatan siklus II
    Hasil analisis evaluasi belajar siswa dan observasi teman sejawat adalah sebagai berikut:
    1)  Apersepsi dilaksanakan dengan tepat untuk menuju pokok materi
    2)  Guru menyampaikan materi dengan media pembelajaran dengan optimal
    3)  Kegiatan berjalan dengan tahapan yang jelas dan sistematis dan ada bimbingan guru
    4)  Siswa menggambar dan mengukur sendiri dengan bimbingan dari guru
    5)  Hasil belajar siswa baik dengan indikator tuntas belajar
d.  Refleksi siklus II
     Perenungan dari dan analisis data hasil evaluasi belajar siswa serta dengan pengamatan teman sejawat menunjukkan:
1)  Penampilan keseluruhan guru sudah bagus
2)  Adanya peningkatan aktifitas belajar siswa
3)  Hasil belajar siswa meningkat secara singkat
4)  Penyimpulan materi masih sangat tergantung pada guru
Dari hasil refleksi siklus II tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran telah selesai.

G.  Biaya Penelitian
Rekapitulasi biaya adalah sebagai berikut:
1.  Biaya operasional  Rp. 500.000,-
2.  Honor pelaksana  Rp.  300.000,-
3.  Konsumsi  Rp.  500.000,-
4.  Biaya pengetikan Rp. 200.000,-
5.  Penggandaan dan penjilidan  Rp. 50.000,-

H.  Personalia Penelitian
     1.  Penelitian
          Nama                      :  Abdul Akbar Kurniawan
          Jabatan fungsional   :  Guru
          Unit Kerja               :  SD Negeri Purana
          Alamat                    :  Jl Tentara Pelajar No.14 Mulyoharjo Pemalang
     2.  Kolaborator
          Nama                      :  Hersisda Nis Efindiati
          Jabatan fungsional   :  Guru
          Unit Kerja               :  SD Negeri 1 Mulyoharjo
          Alamat                    :  Jl Tentara Pelajar No.14 Mulyoharjo Pemalang

I.  Daftar Pustaka
Abu Ahmadi, 1993.  Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, Solo, CV. Aneka
Djamarah, Syaiful Bahri, 2008.  Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Heri Sulistyanto, 2008.  Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas VI Surakarta, CV. Ar Rahman
J.R. Budi Manunggal, 2008.  Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas VI, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
M Ngalim Purwanto, 1997.Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2006.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2008.  Model-Model Pembelajaran yang Efektif. Disajikan pada ToT Kurikulum SD/MI
Riduawan, 2004,  Dasar-Dasar Statistika, Bandung, Alfabeta.
Sardiman, 1987. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta Rajawali pers
Sudjana, 1996.  Metode Statistika, Bandung, Tarsito.
Suharsimi Arikunto, 2002.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Sugiyono, 2008.  Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta
Tim Penyusun, 1989.  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka
Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990. Psikologi Belajar, IKIP Semarang Perss.
Zaenal Aqib, 2007.  Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, CV. YRAMA WIDYA

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.  Pengertian dan Sejarah Penelitian Tindakan Kelas
1.  Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
     PTK atau disebut Penelitian Tindakan Kelas merupakan istilah yang dibentuk oleh tiga kata yaitu, Penelitian, Tindakan dan Kelas.  Oleh karena itu ada tiga kata yang membentuk istilah PTK, maka ada tiga pengertian yang dapat dijelaskan dari tiga kata tersebut, yaitu:
a.  Peneltian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan metodologi tertentu untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menjadi minat peneliti.
b.  Tindakan adalah kegiatan yang disengaja dengan tujuan tertentu dalam bentuk rangkaian atau siklus.
c.  Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama dan mendapat pelajaran yang sama dari seorang guru.
     Dengan menggabungkan batasan pengertian dari ketiga kata tersebut diperoleh pengertian tentang PTK yaitu kegiatan mencermati objek dengan tindakan yang terjadi di dalam kelas.
2.  Sejarah Penelitian Tindakan Kelas
     Penelitian Tindakan Kelas atau PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946.  Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti: Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Eliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.  Di Indonesia PTK baru dikenal pada akhir dekade 80-an, pada tahun 1994-1995 proyek PGSD memprogramkan penelitian kebijakan dan penelitian tindakan dengan topik ke SD an.  Berikutnya pada tahun 1996 - 1997 proyek pendidikan guru sekolah dasar memprogramkan Penelitian Tindakan Kelas bagi dosen-dosen PGSD di seluruh Indonesia yang harus bekerja sama dengan guru-guru sekolah dasar.  Saat ini Peneltian Tindakan Kelas mendapat tempat yang dalam dunia pendidikan di Indonesia.

B.  Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
1.  Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
     Penelitian Tindakan Kelas bertujuan "untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajran di kelas secara berkesinambungan".  Tujuan ini "melekat" pada diri guru dalam penunaian misi profesional kependidikan.
2.  Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
     a.  Inovasi pembelajaran
     b.  Pengembangan kurikulum di tingkatkan satuan pendidikan
     c.  Peningkatan profesionalisme guru

C.  Perbedaan antara Penelitian Formal dan PTK
      Penelitian formal menguji hipotesis dan mengembangkan teori, sedangkan PTK lebih pada memperbaiki pembelajaran.  Adapun perbedaan penelitian formal dan PTK dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Perbedaan antara penelitian formal dengan PTK:
     Penelitian formal:                                                            
     a.  Dilakukan oleh orang lain                                            
     b.  Sampel harus representative                                      
     c.  Menuntu penggunaan analisis statistik                          
     d.  Mempersyaratkan hipotesis                                        
     e.  Mengembangkan teori                                                

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a.  Dilakukan oleh guru sendiri
b.  Sampel tidak harus representatif
c.  Tidak menuntut analisis statistik yang rumit
d.  Tidak selalu menggunakan hipotesis
e.  Memperbaiki praktik pembelajaran

Keterangan:
1.  Penelitian formal yang dilakukan oleh orang lain hasilnya dapat menjadi literatur bagi kita sedangkan hasil PTK umumnya hanya digunakan pada kelas penelitian
2.  Penelitian formal sangat memperhatikan sampel, baik metode pengambilan sampel maupun menentukan ukuran sampel.  Berikut dijelaskan mengenai sampel.
a.  Pengertian sampel
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Riduan (2003: 10) sampel adalah bagian dari populasi.  Menurut Sugiyono sampel adalah sebagaian dari jumah dan kareakteristik yang dimiliki populasi.  Sedangkan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 108)
b.  Metode Sampling
Teknik pengambilan sampe atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi.  Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan yaitu:
1).  Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
2).  Non probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan atau peluang pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel.
c.  Ukuran sampel
Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2008: 74) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.  Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 112) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.  Jika subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%.
Berbeda dengan Penelitian Tindakan Kelas sampelnya siswa yang ada di dalam kelas penelitian.
3.  Dalam penelitian formal (sebagai acuan penelitian dalam bidang pendidikan) untuk memperoleh hasil penelitian harus melalui teknik analisis statistik, dimana urutanya sebagai berikut:
a.  Uji instrumen, dengan urutan sebagai berikut:
     1)  Uji validitas
     2)  Uji reliabilitas
     3)  Tingkat kesukaran
     4)  Daya pembeda soal
b.  Uji prasyarat analisis data, menggunakan uji normalitas
c.  Analisis data atau analisis akhir, dengan penjelasan sebagai berikut:
1)  Jika permasalahan/judul yang diambil adalah hubunganmaka alat analisis yang digunakan adalah korelasi.
2)  Jika permasalahan/judul yang diambil adalah perbedaan (perbedaan rata-rata) maka alat analisis yang digunakan adlah uji komparasi/uji beda.
3)  Jika permasalahan/judul yang diambil adalah pengaruh maka alat analisis yang digunaan adalah regresi.
Sedangkan dalam Penelitian Tindakan Kelas analisis yang digunakan adalah analisis taksonomi, rata-rata, dan frekuensi.
4.  Penelitian formal harus menggunakan hipotesis karena bertujuan ingin mencari keberhasilan dari sebuah dugaan peneliti.  Berikut dijelaskan mengenai hipotesis.
1)  Penelitian formal
hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1973: 18)
hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sutau hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (Sudjana, 1992: 219).
Menurut Tuckman hipotesis adalah dugaan antara dua variabel atau lebih.
Menurut Riduan (2008: 163) hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya.
2)  Penelitian Tindakan Kelas
Suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Sudarsono, 1996).
b.  Bentuk hipotesis
1)  Penelitian formal
     Bentuk hipotesis penelitian formal berupa korelasional, komparatif, maupun kausatif.
2)  Penelitian Tindakan Kelas
     Bentuk hipotesis Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut "jika dilakukan ini, peneliti percaya bahwa tindakan tersebut akan mampu memecahkan maslah yang sedang dihadapi".
Contoh:  Rumusan maslaah:  Apakah penggunaan media komputer dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan hafalan letak negara-negara ASEAN pada siswa kelas VI SD Negeri Purana?
Hipotesisnya berbunyi:  Penggunaan media komputer berupa permaianan peta negara-negara ASEAN dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan meningkatkan hafalan letak negara-negara ASEAN pada siswa kelas VI SD N Purana Tahun Pelajaran 2010/2011.
5.  Hasil penelitian formal bersifat mengembangkan atau mendukung teori dari landasan teori yang telah menjadi dasar dari tema permasalahan penelitian yang diangkat.  PTK hanya memperbaiki pembelajaran karena tindakan atau siklus yang ada pada PTK merupaakan proses yang mengarah pada perbaikan pembelajrana dengan parameter nilai siswa pada setiap siklusnya.

D. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas
     Metodologi atau langkah-langkahatau prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang ditempuh untuk mendapatkanhasil sesuai yang diharapkan secara umum dijelaskan sebagai berikut:
1.  Identifikasi masalah
     Masalah timbul karena adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan atau ada perbedaan antara yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan.  Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas didasarkan pada masalah keseharian yang ada di dalam kelas, sehingga identifikasi masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas pertama-tama harus bersumber pada kondisi objektif yang terdapat di dalam kelas.
Identifikasi masalah merupakan tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan informasi kita kenali sebagai suatu masalah (Suriasumantri, 1986).
Untuk membantu menemukan masalah penelitian ada beberapa hal yang dapat dijadikan sumber untuk mengidentifikasi masalah, adapun sumber yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.  Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian.
b.  Seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah.
c.  Pernyataan pemegang otoritas.
d.  Pengamatan sepintas
e.  Pengalaman pribadi
f.   Perasaan intuitif   (Suryabrata, 1983)
Untuk membantu mempercepat proses identifikasi maslaah dalam Penelitian Tindakan Kelas, paling tidak ada enam pertanyaan berikut:
a.  Apa yang menjadi keprihatinan guru, kepala sekolah, pengawas sekolah?
b.  Mengapa guru, kepala sekolah, dan penlilik sekolah memprihatinkan hal tersebut?
c.  Menurut mereka apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
d.  Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk dapat membantu membuat penilaian yang tepat tentang apa yang terjadi?
e.  Bagaimana mereka akan mengumpulkan bukti-bukti itu?
f.  Bagaimana mereka melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan  ketepatan tentang apa yang telah terjadi ?   (Sudarsono, 1996)
Dalam proses identifikasi masalah, peneliti hendaknya mampu membedakan masalah yang bersifat individual dengan masalah yang umum dan masalah yang tepat untuk dipilih adalah masalah yang dirasakan di kelas.
2.  Analisis masalah
    Analisis masalah digunakan untuk mendapatkan batas-batas permasalahan dengan jelas agar fokus masalah menjadi jelas yang memungkinkan peneliti merumuskan malah dengan baik, karena dalam Pnelitian Tindakan Kelas tidak mungkin satu tindakan semua maslah dapat dipat dipecahkan.  Selain itu, tidak semua masalah memerlukan pemecahan lewat Penelitian Tindakan kelas.  Beberapa kriteria pemilihan masalah yang dapat diacu antara lain sebagai berikut:
a.  Masalah harus benar-benar pentingbagi guru kelas yang bersangkutan serta bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajran guna meningkatkan kualitas hasil pendidikan.
b.  Masalah harus dalam jangkauan kemampuan peneliti (guru) yang akan melaksanakan tindakan kelas.  Pertimbangan ini sangat penting bagi guru karena ia tidak akan berubah fungsi menjadi peneliti, melainkan tetap bertugassebagai guru seperti sedia kala.  Hanya saja, disamping tugasnya yang pokok itu, ia dituntut untuk melakukan refleksi dan perbaikan atas proses pembelajaran yang diselenggarakan.
Analisis masalah dinyatakan dapat mengembangkan  profesi guru karena dalam kegiatan analisis maslaah guru dituntut:
a.  Mampu melakukan kajian ilmiah untuk dapat memahami sifat masalah yang pokok.
b. Mau mengubah perspektifnya sendiri tentang hakikat pembelajaran.
Untuk dapat melakukan kajian ilmiah guru wajib membaca buku dan laporan penelitian, mengikuti seminar, lokakarya, dan pelatihan.  Untuk dapat mengubah perspektif hakikat pembelajaran guru harus melawan tradisi yang dimiliki oleh individu atau kelompok guru yang tidak mau melakukan perubahan.
3. Merumuskan masalah
    Perumusan masalah adalah upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Berikut merupakan panduan dalam merumuskan masalah:
a. Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalamarti tidak mempunyai makna ganda.
b. Masalah penelitian dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
c. Rumusan masalah umumnya menunjukkan hubungan antar dua atau lebih variabel.
d. Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik.
e. Rumusan masalah menunjukkan secara jelas subjek dan/atau lokasi penelitian.

4.  Merumuskan hipotesis tindakan
     Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis.  Namun, tidak semua jenis penelitian tindakan kelas memerlukan hipotesis.  Secara umum, hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atau masalah yang hendak dipecahkan.
Secara teknis hipotesis tindakan pada dasarnya menyatakan: "jika dilakukan tindakan ini, peneliti percaya bahwa tindakan tersebut akan mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi."
Contoh:
Perumusan masalah: "Apakah pengelompokkan siswa menjadi kelompok cerdasdan kelompok biasa yang diikuti dengan perlakuan lebih (ekstra) kepada kelompok cerdas dapat meningkatkan peringkat keunggulan sekolah di daerahnya".
Hipotesisnya berbunyi: "Pembagiansiswa menjadi kelompok cerdasdan kelompok biasa sertamemberi kan perlakukan lebih (ekstra) kepada siswa kelompok cerdas, akan meningkatkan peringkat keunggulan sekolah dari tahun ke tahun sejak lulusanpertama siswa yang dikelompokkan tersebut".
Untuk dapat merumuskan hipotesis tindakan kelas secara tepat dan bermakna, penelitiperlu melakukan:
a.  Kajian terhadap teori-teori pembelajaran dan teori pendidikan.
b.  Kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti.
c.  Kajian terhadap pendapat dan saran pakar pendidikan.
d.  Diskusi intensif dengan teman sejawat.

5.  Menetapkan rancangan penelitian
     Sebelum seseorang bermaksud melakukan penelitian, terlebih dahulu ia harus membuat rancangan (desain) penelitian.  Adapun desain Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

E.  Prosedur Pelaksanaan Tindakan
1.  Rencana Tindakan
Bagian awal dari rancangan Penelitian Tindakan Kelas berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan, dengan prosedur sebagai berikut:
     a.  Menentukan definisi operasional dari variabel penelitian
     b.  Penetapan jenis tindakan
          Pemilihan jenis tindakan yang akan dilakukan hendaknya didasarkan atas:
          1)  kajian teori atau hasil penelitian yang relevan
          2)  kesanggupan guru
          3)  kemampuan siswa
          4)  fasilitas dan sarana yang tersedia
          5)  iklim belajar di kelas dan suasana kerja sekolah (Sudarsono, 1996)
      c.  Pengumpulan metode dan alat pengumpulan data
      d.  Perencanaan teknik pengolahan data
2.  Pelaksanaan Tindakan
     Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan peningkatan atau perbaikan pembelajaran.
Aspek peningkatan atau perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.  Proses pembelajaran lebih menarik
b.  Siswa menjadi lebih aktif
c.  Sumber belajar lebih dimanfaatkan
d.  Penyajian materi lebih mudah diikuti dan dipahami
e.  Pembelajaran menjadi lebih efesien
f.  Hasil belajar lebih meningkat
Untuk mengetahui tindakan sesuai dengan rencana maka diperlukan:
a.  Pemantauan (kolaborasi)
b.  Alat bantu (tape recoder atau video)
Cara untuk mengetahui keberhasilan tindakan adalah dengan membandingkan keadaan awal sebelum perlakuan dan sesuadahnya, jika hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka dilakukan puteran (siklus) berikutnya.
3.  Observasi 
Observasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan dari suatu tindakan
Fungsi observasi adalah sebagai berikut:
a.  Untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan perencanaan.
b.  Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari sutau tindakan
Observasi yang digunakan dalam PTK adalah jenis observasi partisipatif artinya jenis observasi yang pengamatannya terlibat pada sebagian kegiatan atau seluruh yang diamati, contohnya guru dalam melakukan pembelajaran juga melakukan observasi.
Observasi kedudukannya sama dengan pengumpulan data pada penelitian formal, tetapi pada PTK observasi hendaknya mengganggu atau membebani guru dalam melaksanakan tugas pokoknya.
4.  Refleksi
Dalam kegiatan refleksi tercakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi atau informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi.

F.  Format Penyusunan Proposal PTK
     1.  Judul Penelitian
     2.  Tujuan Penelitian
     3.  Hipotesis Tindakan
     4.  Hipotesis Tindakan
     5.  Manfaat Penelitian
     6.  Kajian Pustaka
     7.  Metodologi Penelitian
          a.  Rancangan Penelitian
          b.  Subjek Penelitian
          c.  Jenis dan Cara Penyusunan Instrumen
          d.  Metode Pengumpulan Data
          e.  Analisis Data
     8.  Jadwal Penelitian
     9.  Personalia  Penelitian
    10. Lampiran-lampiran

DAFTAR PUSTAKA

Kasihani Kasbolah, 2001. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, Universitas Negeri Malang, Malang.
Riduwan, 2003.  Dasar-Dasar Statistika, Alfabeta, Bandung.
Suharsimi Arikunto, 2002.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,  Rineka Cipta, Jakarta.
Sugiyono, 2008.  Statistik untuk Penelitian, Alfa Beta, Bandung.
Zainal Aqib, 2007.  Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, Yrama Widya, Bandung

Rabu, 12 Januari 2011

GURU KENCING BERDIRI SEBAIKNYA MURID JANGAN KECING

Guru adalah sosok panutan, contoh, teladan atau dengan istilah yang sama atau serupa bagi murid-muridnya bahkan di lingkungannya.  Gerak gerik, tutur sapa, sepak terjang, tindakan pokoknya yang melekat pada seorang guru adalah harga mati yaitu keteladanan.  Persepsi ini memang tidak mutlak benar tetapi predikat tersebut hampir menjadi konsepsi universal yang melekat pada figur seorang guru, padahal jika kita mau mengkaji lebih dalam sebenarnya guru hanya bertugas menstransfer ilmunya kepada peserta didik.  Guru dalam hal ini bisa dosen, guru SMA, SMP maupun SD bahkan TK ataupun PAUD, atau mungkin tutor dan penceramah.
Kebacut (bahasa Jawa) memang, tetapi baju penilaian itu tidak bisa dilepas atau dihindari, melainkan disadari penuh bahwa baju itu tidak pernah lepas sekalipun walaupun sudah bercampur tanah di liang lahat.  Selanjutnya, penanaman konsep bagaimana yang seharusnya ditanam bagi mereka (murid dan masyarakat) atau bahkan mungkin bagi seorang guru.  Mohon maaf, bagi yang hidup di lingkungan pedesaan atau daerah terpencil untuk penilaian terhadap guru memang seorang guru adalah sosok yang dihormati dan ditempatkan pada posisi yang relatif tinggi karena padanya ilmu bersumber, perilaku positif dilakukan, pemikiran dan budi pekerti dipancarkan, sehingga penilaian tersebut tidak bisa dihindari, tetapi pada masyarakat kota status guru lebih dipandang atau mulai dipandang sebagai profesi pekerjaan seseorang yang harus digeluti.   Disini penulis tidak ingin mengubah persepsi murid dan masyarakat mengenai guru, melainkan lebih pada konsep pribadi guru yang wajib dilihat lebih ke dalam lagi.
Guru harus mempunyai kepribadian yang mantap dan harus menjadi jiwa atau menjiwai diri dengan baik, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.  Memiliki stabilitas emosi
     Emosi guru sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran.  Guru yang emosional akan melahirkan suasana pembelajaran yang tidak efektif cenderung mengandalkan perasaannya saja.  Oleh karena itu guru diwajibkan memiliki stabilitas emosi.  Guru boleh tertawa, marah, sedih, gembira dan sejenisnya.  Tetapi dalam mengekspresikan semua itu harus memperhatikan prinsip kestabilitas emosi.  Ini berarti rasa sedih, senang, marah, dan sejenisnya sedapat mungkin diekspresikan seperlunya, pada tempatnya, sewajarnya, mengenal situasi dan kondisi dan memang seharusnya dilakukan.
Jika emosi tidak terkendali dan tidak bisa dikendalikan maka penilaian murid kepada guru akan luntur bahkan kemungkinan tidak dihormati.  Kewibawaan guru menurun karena dianggap tidak dewasa dalam menghadapi situasi atau masalah yang dihadapi, padahal guru sering disapa bapak atau ibu artinya ada segi kebapaan dan keibuan yang tersemat pada tiap pribadi guru.
2.  Percaya diri (optimis)
     Konsep diri melalui percaya diri (optimis) adalah sangat penting tertanam bagi setiap guru, sikap ini sangat dibutuhkan untuk menggairahkan siswa dalam KBM disamping itu guru yang berdampak sosial pada lingkungannya mampu memberikan efek positif pada pembangunan sosial masyarakat dimana guru tersebut tinggal.  Sebaliknya guru yang tidak mempunyai rasa percaya diri bahkan pesimis akan menatap masa depan dengan tidak mantap penilaian yang muncul guru tidak berguna bagi pembelajaran maupun bagi lingkungannya.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri, seorang guru harus memiliki kebugaran tubuh, kesegaran mental dan jiwa, sense of smart yang tinggi, menguasai materi, kompetensi didaktik, berwawasan luas, dan menguasai informasi.  Selain itu guru harus mempunyai pandangan yang positif pada dirinya sendiri, siswa, maupun lingkungannya, memahami tujuan pembelajaran, memahami cita-cita siswanya, dan tanggap terhadap lingkungannya.
Sikap optimas dapat memberikan aura positif kepada siswa dan lingkungan tempat tinggalnya, para siswa bersemangat dalam belajar, lingkungan menerima dengan tangan terbuka segala opini dan tindakannya.
3.  Memiliki kesabaran
     Kesabaran adalah bagaikan dua sisi mata uang dengan kestabilan emosi, menghadapi siswa yang nyleneh, bandel, kesulitan dalam belajar dan masih banyak kasus yang lain harus dihadapi dengan sabar, walaupun pepatah mengatakan kesabaran ada batasnya tapi pikiran lebih diutamakan dalam menghadapi setiap kasus dari pada emosi yang harus ditonjolkan.  Kesabaran adalah kunci mencapai keberhasilan.  Guru yang sabar dalam mendidik para siswa akan memetik buah dari kesabarannya.
Sabar bukan berarti pasrah diri atau menerima sesuatu tanpa protes.  Oleh sebab itu, dengan kesabaran, bukan berarti guru membiarkan tingkah laku siswa seperti yang mereka kehendaki.  Bukan pula membiarkan dirinya dihina atau dipermainkan oleh siswanya.  Guru yang sabar selalu mencari dan berupaya mengoptimalkan segala potensi yang ada untuk mengantarkan siswanya pada tujuan yang diharpkan.  Ia tidak mudah tersinggung dan tidak memfokuskan pada permasalahan, tetapi lebih terfokus pada upaya mencari jalan keluar dari permasalahan itu.